Budaya
Mandi Safar merupakan acara adat masyarakat Sampit,
dimana kegiatan ini dilaksanakan secara turun temurun. Namun dalam
beberapa tahun ini Ritual Mandi Safar sudah dijadikan Event Pariwisata,
karena Ritual Mandi Safar ini merupakan budaya masyarakat yang patut
dilestarikan.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat, Mandi Safar
dipercaya mampu membersihkan jiwa dan membuang 330 bala yang turun.
Harapan dengan melakukan ritual Mandi Safar ini, masyarakat akan
mendapat berkat dan dijauhkan dari malapetaka atau bala bencana.
Masyarakat yang akan mengikuti prosesi Mandi Safar,
sebelum menceburkan diri ke dalam sungai Mentaya, telah membekali diri
dengan daun Sawang yang diikat di kepala atau di pinggang. Daun Sawang
tersebut sebelumnya dirajah oleh sesepuh atau alim ulama setempat.
Menurut kepercayaan, pemakaian Daun Sawang itu agar orang yang mandi
terjaga keselamatannya dari segala gangguan baik dari gangguan binatang
maupun makhluk halus. Setelah selesai proses Ritual Rajah Daun, upacara
dilanjutkan dengan melakukan Tapung Tawar kepada seluruh masyarakat yang
hadir, hingga kemudian menceburkan diri ke Sungai Mentaya Sampit.
Makanan
Makanan Khas Daerah Sampit
a. Sayur Kelakai
Kelakai / pakis (entah apa nama latin /
ilmiahnya ) tumbuh melimpah berupa semak-semak di sembarang tempat.
Terbukanya lahan hutan karena adanya pemberdayaan lahan di pinggiran
kota Sampit membuat kelakai berkembang meluas. Dari ciri fisiknya
kelakai mungkin sejenis tumbuhan paku ( pakis ? ), tumbuh subur pada
lahan gambut. Dari pengamatan, unsur gizi dari kelakai jelas terlihat
pada ibu menyusui. Asi yang dihasilkan lebih berkualitas dan berlimpah.
Hal ini membuat kelakai menjadi makanan yang banyak dikonsumsi ibu-ibu
menyusui. Oseng kelakai sungguh enak dan mempunyai rasa khas dibanding
sayuran umum. Rasanya, menurut pendapat saya, mirip-mirip dengan jamur.
Jadi kalau kebetulan ke Sampit, jalan-jalanlah ke pinggiran kota sambil
membawa pancing. Mungkin anda tidak akan banyak mendapat ikan. Tapi anda
bisa sambil memetik kelakai. Karena hasil memetik sendiri, pasti lebih
enak rasanya.
b. Pais Kunjui
Pais kunjui adalah makanan atau kue yang
berbeda dengan kota lain dan hanya tersedia di kotim. Pais kunjui atau
yang lebih kita ketahui dengan sebutan nama singkong rebus dibungkus
dengan daun pisang ini sangat banyak di jual di pinggiran kota sampit
dan sekitarnya.
Ciri Khas
Ciri Khas Sampit Kalimantan Tengah
Menurut saya yang bisa di jadikan ciri khas kota
sampit itu yaitu beberapa monumen seperti bundaran polres yang ada di
gambar berikut :
Alasan saya memilih bundaran tersebut karena beberapa faktor :
1. Bundaran tersebut ada sejak lama
2. Bundaran tersebut menjadi pusat keluar masuk dari kota sampit
jadi kalau pertama kali masuk atau ingin keluar kota orang-orang akan melihat bundaran tersebut.
kemudian tempat yg menurut saya menjadi ciri khas kota sampit selanjutnya yaitu Taman Kota :
Alasannya karena dari dulu
taman kota sudah di gunakan sebagai tempat berkumpul keluarga oleh
masyarakat setempat, & juga di jadikan sebagai tempat event / acara
tahunan, jalan sehat , konser, dll. jadi tempat ini sudah memasyarakat,
asli sampit pasti tahu Taman Kota Sampit. nah, mungkin itu saja yg
menurut saya dapat di jadikan ciri khas kota sampit & saya berharap
supaya tempat / monumen seperti itu dapat di jaga & di rawat.
Rumah Adat :
Rumah Betang adalah rumah adat khas
Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di
daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak,
dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk
melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja
ke ladang dimana ladang suku Dayak biasanya jauh dari pemukiman
penduduk, atau melakukan aktifitas perdagangan (jaman dulu suku Dayak
biasanya berdagang dengan menggunakan system barter yaitu dengan saling
menukarkan hasil ladang, kebun maupun ternak).Bentuk dan besar rumah
Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang mencapai
panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di
bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter
dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini saya perkirakan untuk
menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam
daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Beberapa unit pemukiman bisa
memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya
rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga
(keluarga) menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah
Betang yang besar tersebut, di samping itu pada umumnya suku Dayak juga
memiliki rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu untuk
melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak
antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar